BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merokok adalah
tindakan menghisap asap yang berasal dari pembakaran tembakau, baik menggunakan
rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000). Saat ini diperkirakan jumlah
perokok di dunia ada sekitar 1,3 miliar. Korban meninggal akibat mengkonsumsi
tembakau sekarang ini berjumlah 5 juta orang tiap tahun. Jumlah kematian akan
berlipat ganda mencapai 10 juta orang per tahun pada tahun 2020 jika konsumsi
tembakau terus meningkat (WHO, 2006).
Tingginya beban
penyakit dan kematian akibat merokok dengan cepat beralih ke negara-negara
berkembang (WHO, 2006). Indonesia menduduki posisi peringkat ke 3 dengan jumlah
perokok terbesar di dunia setelah China dan India dan tetap menduduki posisi ke
5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang
pada tahun 2007 (TCSC dan IAKMI, 2010). Jumlah perokok di Indonesia meningkat
secara cukup signifikan. Tahun 1995 hanya ada sekitar 34 juta perokok, tapi
berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa sebanyak 34 persen atau
sekitar 80 juta orang Indonesia merokok setiap harinya (Depkes RI, 2011).
Asap rokok yang
dihisap mengandung 4000 jenis bahan kimia. Jenis bahan kimia yang terkandung
dalam sebatang rokok misalnya aceton (bahan
pembuatan cat), naftalene (bahan
kapur barus), arsenik, tar, metanol
(bahan bakar roket), vinyl chlorida
(bahan plastik PVC), fenole butane
(bahan bakar korek api), potassium nitrat
(bahan baku pembuatan bom), amonia, DDT (digunakan untuk racun serangga), hidrogen sianida (gas beracun yang
digunakan di kamar eksekusi hukuman mati), nikotin,
cadmium, dan karbon monoksida (Jaya,
2009). Karbon monoksida adalah komponen gas yang paling berbahaya karena
merupakan penyebab penyakit yang menyerang sistem hematologi tubuh manusia
(Sitepoe, 2000).
Sistem
hematologi tubuh manusia tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda
dengan organ manusia yang lain karena berbentuk cairan (Handayani, 2008). Pada
orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB, atau sekitar 4 sampai
5 liter darah. Darah memiliki Ph 7,35 sampai 7,45 sehingga bersifat alkaline. Darah
tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma
darah yaitu bagian cair darah (55 persen) yang sebagian besar terdiri dari air
(92 persen), 7 persen protein, 1 persen nutrien, hasil metabolisme, gas
pernapasan, enzim, hormon, faktor pembekuan darah, dan garam-garam organik. Sel-sel
darah kira-kira sebesar 45 persen, terdiri atas eritrosit atau sel darah merah,
leukosit atau sel darah putih, dan trombosit (Tarwoto, 2008).
Sel darah merah
yang matang sangat mudah dikenali disebabkan oleh morfologinya yang unik. Sel
darah merah tidak berinti sel, tidak memiliki mitokondria dan tidak memiliki ribosom,
serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi
oksidatif sel, atau pembentukaan protein. Sel darah merah (eritrosit) mampu
hidup selama 74-154 hari. Setiap eritrosit di dalamnya terdapat sekitar 300
juta molekul hemoglobin (Handayani, 2008).
Hemoglobin
adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500 dalton, terdiri daripada 4
rantai polipeptida. Bagian tengah dari cincin heme ini terdapat satu ion
ferous, Fe2+
yang boleh mengikat satu molekul oksigen, lalu membolehkan satu
molekul hemoglobin berikatan dengan empat molekul oksigen (Handayani, 2008).
Karbon monoksida
(CO) di dalam peredaran darah terikat lebih kuat dengan Hb sebagai
karboksihemoglobin sehingga Hb tidak diberikan kesempatan untuk melakukan
fungsinya dalam mengikat O di dalam sistem transportasi
peredaran darah (Fardiaz, 1992). Oksigen yang seharusnya diedarkan ke seluruh
jaringan akhirnya tidak diedarkan sehingga terjadilah hipoksia. Hipoksia adalah
kejadian kurangnya Odi tingkat jaringan. Hipoksia terjadi khususnya di organ
ginjal. Ginjal berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan kinin, mensekresi
renin, dan eritropoietin. Seseorang yang mengalami perdarahan atau hipoksia,
sintesis hemoglobin akan meningkat, dan pembentukan serta pelepasan sel darah
merah dari sumsum tulang meningkat (Ganong, 1998).
Sel darah putih
atau leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan
limfe. Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai
bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat leukosit adalah kebanyakan ditranspor
secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius,
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang
mungkin ada atau masuk dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1987). Jumlah leukosit
dalam darah akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan infeksius atau benda
asing yang biasa dihadapi dari saat ke saat, dalam batas yang masih dapat
ditolerir tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi (Sadikin, 2001).
Keberadaan
zat-zat beracun dari asap rokok menyebabkan tubuh melakukan perlawanan terhadap
terjadinya respon imun dimana leukosit menjalankan sebagian besar fungsinya di
luar sistem peredaran darah yaitu memperlihatkan gerakan aktif dan sebagian
mempunyai daya fagositosis. Gerakan yang diperlihatkan adalah suatu proses
merangkak atau amuboid pada substrat (Guyton, 1990).
Leukosit
khususnya limfosit dan monosit yang masuk ke jaringan
(makrofag) , dan pada keadaan tertentu mensekresi zat kimia yang menyerupai
hormon yang bekerja sebagai kurir dan mempengaruhi respon kekebalan. Zat kurir
tersebut disebut sitokin atau saat ini lebih dikenal dengan nama interleukin
(Ganong, 1998). Paparan radikal bebas seperti yang terkandung dalam asap rokok
menyebabkan peningkatan jumlah sitokin yang bersirkulasi seperti interleukin
(IL)-6, IL-1β, dan granulocyte
macrophage-colony stimulating factor (GM-CSF). Sitokin tersebut bertanggung
jawab terhadap stimulasi sumsum tulang yang diinduksi oleh inflamasi pada paru
(Ganong, 1998).
IL-6 merupakan
sitokin yang dapat meningkatkan sintesa dan sekresi imunoglobulin oleh limfosit
B. IL-6 juga merupakan sitokin proinflamasi yang bertanggung jawab terhadap
pengeluaran neutrofil, monosit, eosinofil, dan basofil. Meningkatnya jumlah
sitokin-sitokin tersebut juga akan mempengaruhi hematopoiesis. GM-CSF yang
meningkat akan mempengaruhi jumlah neutrofil,
eosinofil, dan eritrosit (Ganong,
1998). Peningkatan jumlah neutrofil dalam
darah disebut neutrofilia. Istilah leukositosis sering digunakan untuk arti
yang serupa seperti neutrofilia,
walaupun istilah ini sebenarnya berarti kelebihan jumlah semua leukosit, apapun
jenisnya (Guyton, 1990).
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki hitung eritrosit dan leukosit
yang lebih tinggi daripada bukan perokok (Salamzadeh, 2004). Sebuah penelitian
di Pakistan justru menunjukkan bahwa hasil hitung eritrosit pada perokok lebih
rendah daripada bukan perokok, bahkan beberapa responden perokok memiliki hitung
eritrosit yang di bawah rentang normal (Zafar et al., 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2000) juga
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah leukosit
perokok dan bukan perokok.
Pendidikan
Teknik Mesin merupakan salah satu prodi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang ada di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta. Prodi Pendidikan
Teknik Mesin Angkatan 2010 memiliki mahasiswa berjumlah 72 orang. Berdasarkan
hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2012, dari 10
laki-laki, sebesar 60 persen diantaranya merokok. Berdasarkan hasil observasi
dan data di atas serta masih belum jelasnya pengaruh merokok terhadap jumlah
eritrosit dan leukosit, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan jumlah
eritrosit dan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa
Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,
Yogyakarta.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan dalam
penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan jumlah eritrosit dan jumlah
leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik
Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta?”.
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.
Tujuan Umum
Mengetahui
ada tidaknya perbedaan jumlah eritrosit
dan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik
Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui
ada tidaknya perbedaan jumlah eritrosit antara perokok dan bukan perokok pada
Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa, Yogyakarta.
b. Mengetahui
ada tidaknya perbedaan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada
Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa, Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
1. Bagi
Prodi Pendidikan Teknik Mesin UST
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan khususnya mahasiswa tentang
bahaya merokok.
2. Bagi
FKM UAD
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk memberikan tambahan pengetahuan dan sebagai sumber
referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi
Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta bermanfaat untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
di bangku perkuliahan dan mendapat pengalaman nyata dalam melakukan penelitian.
E. Keaslian Penelitian
1. Salamzadeh (2004), The
Hematologic Effects of Cigarette Smoking in Healthy Men Volunteers.
Perbedaan penelitian ini adalah cara pengambilan sampel dan variabel
terikatnya. Variabel terikat penelitian ini yaitu jumlah eritrosit, jumlah
leukosit, dan trombosit, sedangkan penelitian yang dilakukan
peneliti jumlah eritrosit dan jumlah leukosit. Persamaannya adalah pada jenis
penelitiannya yaitu penelitian analitik
observational dengan pendekatan Cross
sectional.
2. Yuniarti (2000), Perbedaan Jumlah dan Hitung Jenis Leukosit antara
Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa yang Tinggal di Kelurahan Tembalang,
Semarang. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel terikatnya yaitu jumlah
dan hitung leukosit sedangkan penelitian ini variabel terikatnya adalah jumlah
eritrosit dan jumlah leukosit. Persamaannya adalah pada jenis penelitiannya
yaitu penelitian non eksperimen dengan pendekatan Cross sectional dan variabel bebasnya yaitu status merokok.
3. Zafar et.al.(2003), Effect of Cigarette Smoking on Erythrocytes,
Leukocytes, and Haemoglobin. Perbedaan penelitian ini adalah cara
pengambilan sampel dan tempat lokasi penelitian. Persamaannya adalah pada jenis
penelitiannya yaitu penelitian analitik dengan pendekatan Cross sectional dan variabel bebasnya yaitu status merokok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar