Sabtu, 09 Juni 2012

perbedaan jumlah eritrosit dan leukosit antara perokok dan bukan perokok pada mahasiswa pendidikan teknik mesin UST yogyakarta


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Merokok adalah tindakan menghisap asap yang berasal dari pembakaran tembakau, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe, 2000). Saat ini diperkirakan jumlah perokok di dunia ada sekitar 1,3 miliar. Korban meninggal akibat mengkonsumsi tembakau sekarang ini berjumlah 5 juta orang tiap tahun. Jumlah kematian akan berlipat ganda mencapai 10 juta orang per tahun pada tahun 2020 jika konsumsi tembakau terus meningkat (WHO, 2006).
Tingginya beban penyakit dan kematian akibat merokok dengan cepat beralih ke negara-negara berkembang (WHO, 2006). Indonesia menduduki posisi peringkat ke 3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India dan tetap menduduki posisi ke 5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang pada tahun 2007 (TCSC dan IAKMI, 2010). Jumlah perokok di Indonesia meningkat secara cukup signifikan. Tahun 1995 hanya ada sekitar 34 juta perokok, tapi berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa sebanyak 34 persen atau sekitar 80 juta orang Indonesia merokok setiap harinya (Depkes RI, 2011).
Asap rokok yang dihisap mengandung 4000 jenis bahan kimia. Jenis bahan kimia yang terkandung dalam sebatang rokok misalnya aceton (bahan pembuatan cat), naftalene (bahan kapur barus), arsenik, tar, metanol (bahan bakar roket), vinyl chlorida (bahan plastik PVC), fenole butane (bahan bakar korek api), potassium nitrat (bahan baku pembuatan bom), amonia, DDT (digunakan untuk racun serangga), hidrogen sianida (gas beracun yang digunakan di kamar eksekusi hukuman mati), nikotin, cadmium, dan karbon monoksida (Jaya, 2009). Karbon monoksida adalah komponen gas yang paling berbahaya karena merupakan penyebab penyakit yang menyerang sistem hematologi tubuh manusia (Sitepoe, 2000).
Sistem hematologi tubuh manusia tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ manusia yang lain karena berbentuk cairan (Handayani, 2008). Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah. Darah memiliki Ph 7,35 sampai 7,45 sehingga bersifat alkaline. Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yaitu bagian cair darah (55 persen) yang sebagian besar terdiri dari air (92 persen), 7 persen protein, 1 persen nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon, faktor pembekuan darah, dan garam-garam organik. Sel-sel darah kira-kira sebesar 45 persen, terdiri atas eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan trombosit (Tarwoto, 2008).
Sel darah merah yang matang sangat mudah dikenali disebabkan oleh morfologinya yang unik. Sel darah merah tidak berinti sel, tidak memiliki mitokondria dan tidak memiliki ribosom, serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukaan protein. Sel darah merah (eritrosit) mampu hidup selama 74-154 hari. Setiap eritrosit di dalamnya terdapat sekitar 300 juta molekul hemoglobin (Handayani, 2008).
Hemoglobin adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500 dalton, terdiri daripada 4 rantai polipeptida. Bagian tengah dari cincin heme ini terdapat satu ion ferous, Fe2+ yang boleh mengikat satu molekul oksigen, lalu membolehkan satu molekul hemoglobin berikatan dengan empat molekul oksigen (Handayani, 2008).
Karbon monoksida (CO) di dalam peredaran darah terikat lebih kuat dengan Hb sebagai karboksihemoglobin sehingga Hb tidak diberikan kesempatan untuk melakukan fungsinya dalam mengikat O di dalam sistem transportasi peredaran darah (Fardiaz, 1992). Oksigen yang seharusnya diedarkan ke seluruh jaringan akhirnya tidak diedarkan sehingga terjadilah hipoksia. Hipoksia adalah kejadian kurangnya Odi tingkat jaringan. Hipoksia terjadi khususnya di organ ginjal. Ginjal berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan kinin, mensekresi renin, dan eritropoietin. Seseorang yang mengalami perdarahan atau hipoksia, sintesis hemoglobin akan meningkat, dan pembentukan serta pelepasan sel darah merah dari sumsum tulang meningkat (Ganong, 1998).
Sel darah putih atau leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe. Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat leukosit adalah kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada atau masuk dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1987). Jumlah leukosit dalam darah akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan infeksius atau benda asing yang biasa dihadapi dari saat ke saat, dalam batas yang masih dapat ditolerir tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi (Sadikin, 2001).
Keberadaan zat-zat beracun dari asap rokok menyebabkan tubuh melakukan perlawanan terhadap terjadinya respon imun dimana leukosit menjalankan sebagian besar fungsinya di luar sistem peredaran darah yaitu memperlihatkan gerakan aktif dan sebagian mempunyai daya fagositosis. Gerakan yang diperlihatkan adalah suatu proses merangkak atau amuboid pada substrat (Guyton, 1990).
Leukosit khususnya limfosit dan monosit yang masuk ke jaringan (makrofag) , dan pada keadaan tertentu mensekresi zat kimia yang menyerupai hormon yang bekerja sebagai kurir dan mempengaruhi respon kekebalan. Zat kurir tersebut disebut sitokin atau saat ini lebih dikenal dengan nama interleukin (Ganong, 1998). Paparan radikal bebas seperti yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan peningkatan jumlah sitokin yang bersirkulasi seperti interleukin (IL)-6, IL-1β, dan granulocyte macrophage-colony stimulating factor (GM-CSF). Sitokin tersebut bertanggung jawab terhadap stimulasi sumsum tulang yang diinduksi oleh inflamasi pada paru (Ganong, 1998).
IL-6 merupakan sitokin yang dapat meningkatkan sintesa dan sekresi imunoglobulin oleh limfosit B. IL-6 juga merupakan sitokin proinflamasi yang bertanggung jawab terhadap pengeluaran neutrofil, monosit, eosinofil, dan basofil. Meningkatnya jumlah sitokin-sitokin tersebut juga akan mempengaruhi hematopoiesis. GM-CSF yang meningkat akan mempengaruhi jumlah neutrofil, eosinofil, dan eritrosit (Ganong, 1998). Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah disebut neutrofilia. Istilah leukositosis sering digunakan untuk arti yang serupa seperti neutrofilia, walaupun istilah ini sebenarnya berarti kelebihan jumlah semua leukosit, apapun jenisnya (Guyton, 1990).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki hitung eritrosit dan leukosit yang lebih tinggi daripada bukan perokok (Salamzadeh, 2004). Sebuah penelitian di Pakistan justru menunjukkan bahwa hasil hitung eritrosit pada perokok lebih rendah daripada bukan perokok, bahkan beberapa responden perokok memiliki hitung eritrosit yang di bawah rentang normal (Zafar et al., 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2000) juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara jumlah leukosit perokok dan bukan perokok.
Pendidikan Teknik Mesin merupakan salah satu prodi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ada di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta. Prodi Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 memiliki mahasiswa berjumlah 72 orang. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2012, dari 10 laki-laki, sebesar 60 persen diantaranya merokok. Berdasarkan hasil observasi dan data di atas serta masih belum jelasnya pengaruh merokok terhadap jumlah eritrosit dan leukosit, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan jumlah eritrosit dan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan jumlah eritrosit dan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta?”.

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.      Tujuan Umum
Mengetahui ada tidaknya  perbedaan jumlah eritrosit dan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.



2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah eritrosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.
b.      Mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah leukosit antara perokok dan bukan perokok pada Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Angkatan 2010 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
1.      Bagi Prodi Pendidikan Teknik Mesin UST
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan khususnya mahasiswa tentang bahaya merokok.
2.      Bagi FKM UAD
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan tambahan pengetahuan dan sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
3.      Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta bermanfaat untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dan mendapat pengalaman nyata dalam melakukan penelitian.
E.     Keaslian Penelitian
1.      Salamzadeh (2004), The Hematologic Effects of Cigarette Smoking in Healthy Men Volunteers. Perbedaan penelitian ini adalah cara pengambilan sampel dan variabel terikatnya. Variabel terikat penelitian ini yaitu jumlah eritrosit, jumlah leukosit, dan trombosit, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti jumlah eritrosit dan jumlah leukosit. Persamaannya adalah pada jenis penelitiannya yaitu penelitian analitik observational dengan pendekatan Cross sectional.
2.      Yuniarti (2000), Perbedaan Jumlah dan Hitung Jenis Leukosit antara Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa yang Tinggal di Kelurahan Tembalang, Semarang. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel terikatnya yaitu jumlah dan hitung leukosit sedangkan penelitian ini variabel terikatnya adalah jumlah eritrosit dan jumlah leukosit. Persamaannya adalah pada jenis penelitiannya yaitu penelitian non eksperimen dengan pendekatan Cross sectional dan variabel bebasnya yaitu status merokok.
3.      Zafar et.al.(2003), Effect of Cigarette Smoking on Erythrocytes, Leukocytes, and Haemoglobin. Perbedaan penelitian ini adalah cara pengambilan sampel dan tempat lokasi penelitian. Persamaannya adalah pada jenis penelitiannya yaitu penelitian analitik dengan pendekatan Cross sectional dan variabel bebasnya yaitu status merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar